Tak ada celengan dijalankan saat pengajian
Buya/ustadz berkualitas
Masing-masing Ustadz ditentukan tema
Masjid bersih, Ber-AC dan Nyaman
JERNIHNEWS.COM-Ajakan babaliak ka surau, yang didengung-dengungkan di Ranah Minangkabau, Sumatera Barat sejak berapa dekade terakhir, belum berdampak signifikan. Masjid-masjid kini sudah cenderung lebih ramai, namun baru sebatas pada saat Shalat Magrib dan Isya. Sedangkan untuk kegiatan syiar islam lainnya, masih sepi dan senyap. Wirid pengajian pun jarang dilaksanakan, karena jamaah yang hadir sangat minim.
Di tengah-tengah fakta yang demikian, Masjid Nurul Islam di Kelurahan Air Tawar Barat (ATB), Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang ternyata kondisinya berbeda dengan masjid kebanyakan. Di masjid yang letaknya bersebelahan dengan Kantor Lurah ATB ini, setiap hari dilaksanakan wirid pengajian.
Dari hari Senin sampai dengan Sabtu digelar Wirid Pengajian ba'da Magrib hingga masuknya waktu Shalat Isya. Sedangkan pada hari Ahad, wirid pengajian dilaksanakan ba'da Subuh, dengan nama Subuh Ahad Mubarokah. Penceramah yang memberikan pengajian adalah sosok-sosok buya atau ustadz yang sudah cukup dikenal namanya di Kota Padang atau pun Sumatera Barat. Ada yang berlatar pendidikan S1, S2, bahkan S3, dan didominasi oleh tamatan timur tengah yang bertitel Lc.
Meskipun kebanyakan masjid selalu sepi jamaahnya saat pelaksanaan wirid pengajian, namun tidak halnya dengan Masjid Nurul Islam. Walau tidak penuh, namun setiap pelaksanaan wirid, jumlah jemaah yang mengikutinya antara 30-50 orang (jamaah pria dan wanita). Dengan jumlah audiens seperti itu, buya atau ustadz, tampak selalu bergairah menyampaikan materi ceramahnya.
Masjid Nurul Islam, tidaklah berukuran besar. Masjid yang dinding luarnya didominasi warna putih dan hijau ini, hanya kecil mungil, dengan ukuran lebih kurang 15 x 15 meter. Hanya saja, di dalamnya terasa sejuk, adem dan nyaman. Karena dilengkapi dengan air conditioner (AC). Karpetpun cukup lembut dan bersih. Karpet berwarna hijau tersebut, produk Turki dan dipasang oleh ahli yang didatangkan secara khusus dari Jakarta.
Imam Qori dan Hafiz
Petugas Masjid Nurul Islam jumlahnya tiga orang. Selain sebagai imam dan muazin, mereka juga ditugaskan menjaga kebersihan dan kenyamanan masjid. Petugas yang tiga orang itu, bukanlah orang yang sembarangan. Mereka menjadi petugas di masjid yang beralamat di Jalan Kaswari itu setelah melalui seleksi yang cukup ketat.
Materi seleksi, hafalan Quran, irama, kemampuan menjadi imam shalat serta cara berkomunikasi dan rasa tanggung jawab. Setiap kandidat mesti magang atau diujicoba dulu selama beberapa waktu, sebelum diputuskan diterima oleh pengurus masjid. Sebelumnya para pengurus juga menghimpun masukan dari para jamaah. Edi Nur Putra Ketua Pengurus Masjid Nurul Islam dan Sekretaris Dodi Helyadi benar-benar selektif dalam hal ini. Yang lolos seleksi selalu yang memiliki hafalan surat quran yang cukup banyak dan kualitas tajuid serta irama yang baik pula. Karena selalu diimami seorang qori dan hafiz, maka shalat berjamaah di Masjid Nurul Islam terasa lebih nyaman dan lebih khusuk.
Tidak Ada Celengan Saat Wirid
Ada yang berbeda juga di Masjid Nurul Islam saat pelaksanaan wirid pengajian. Tidak terlihat adanya kotak infak atau celengan dijalankan ke setiap jemaah. Padahal, suatu kelaziman di masjid-masjid lainnya, setiap pelaksanaan wirid pengajian, maka setiap itu pula ada celengan dijalankan ke para jemaah.
Edi Nur Putra dan Dodi Helyadi pada suatu kesempatan mengatakan jangan-jangan yang membuat wirid pengajian jadi sepi, salah satunya adalah faktor kotak infak atau celengan yang dijalankan ke setiap jemaah. Ada kemungkinan sebagian jemaah merasa terbebani dengan rutinitas tersebut. Apalagi jemaah Masjid Nurul Islam didominasi mahasiswa yang tinggal di sekitar masjid. Hal lainnya, karena jemaah tidak begitu banyak, sehingga jumlah infak seseorang dengan mudah dapat diketahui oleh jemaah yang lainnya. Tentu akan tak nyaman bagi yang tak berinfak, atau pun karena hanya sedikit infaknya.
Tampaknya keputusan yang diambil oleh pengurus masjid berbuah manis. Jumlah jemaah yang menghadiri wirid pengajian terus bertambah, semenjak tidak diedarkannya kotak infak. Lalu dari mana Masjid Nurul Islam dapat infak atau sedekah? Dengan menempatkan kotak infak di dinding dalam dekat pintu masjid. Ternyata, banyak juga lembaran uang lima puluh ribuan dan seratus ribuan yang dimasukan ke kotak infak tersebut oleh para jemaah. Meski rutin menggelar wirid pengajian tanpa menjalankan celengan, ternyata kas masjid tetap bisa menutupi biaya tersebut. Sumber dana lain untuk operasional masjid berasal dari sumbangan donatur tetap dan tidak tetap.
Tema Wirid Beragam dan Ditentukan
Menghadiri wirid pengajian di Masjid Nurul Islam, tak ubahnya seperti mengikuti kuliah 1 SKS. Lamanya sekitar 45 menit, dan temanya berbeda antara satu Ustadz/buya dengan yang lainnya. Tema ditentukan oleh pengurus masjid dan disepakati oleh penceramah. Contohnya, setiap malam Minggu atau Sabtu malam, tema kajiannya tentang Hadis Arbain dengan penceramah, Ustadz Azkah Ummah, Lc, Dipl. MA.
Penguasaan bahan kajian yang baik dan cara penyajian yang menarik, jemaah yang menghadiri kajian dengan Ust. Azka Ummah selalu ramai. Jemaahnya beragam, ada yang tua, muda, mahasiswa dan pelajar. Namun, kehadiran mahasiswa pada setiap pengajian dengan Ust. Azka Ummah lebih banyak ketimbang hari-hari biasanya. Metoda penyajian Ust. Azka bergaya milenial.
Dengan tab/laptop di hadapannya, di akhir pengajian Ustad ini selalu membuka ruang bagi jemaah bertanya. Kalau pertanyaan banyak, maka pengajian pun dilanjutkan ba'da Shalat Isya. Suhendra Gumanti, warga yang tinggal di Gunung Pangilun, kerap menghadiri pengajian dengan Ust. Azka Ummah. Baginya jarak yang jauh tak masalah, sebab kajian yang disampaikan Ust. Azka sangat padat berisi.
Contoh Ustadz/buya lainnya yang memberikan ceramah di Masjid Nurul Islam adalah Ust. Abrar Agung, Lc dengan tema kajian Tafsir Al-Azhar, karya Buya Hamka. Ust. Abrar Agung jadwalnya setiap hari Senin malam. Contoh berikutnya juga adalah, Ust. M. Ulil Albab, Lc dengan tema Minhajul Muslim. Ust. Ulil Albab mengisi jadwal pengajian setiap hari Selasa malam. "Pengelolaan Masjid Nurul Islam ini, pantas ditiru oleh masjid lain di Kota Padang atau Sumbar pada umumnya,"kata Suhendra Gumanti. (erz)