JERNIHNEWS.COM-Innalilllah Wainnaillahi Raajiuun. Meriani (49) warga Lingkungan Balai Gadang, Kelurahan Balai Tangah Koto, Kecamatan Payakumbuh Utara yang mengidap tumor sejak dua tahun lalu, dipanggil Sang Khalik, Kamis (03/10/2024) pukul 03.30 WIB di rumahnya.
Perempuan tamatan SMEA Payakumbuh tahun 1994 yang sedianya akan dibawa berobat oleh Dinas Sosial Kota Payakumbuh ke salah satu rumah sakit di Kota Pekanbaru, Riau itu dimakamkan di pemakaman umum di Lingkungan Balai Jariang, Keluarahan Balai Tangah Koto, siang tadi. Jezanahnya dishalatkan di Masjid Gadang, Balai Gadang. Ratusan orang melayat ke rumah duka.
Kepala Dinas Sosial Kota Payakumbuh, Irwan Suwandi, S.Sos yang turut hadir melayat dan mengkoordinasikan penyelenggaraan jenazah, mengatakan Meriani batal berangkat ke Pekanbaru untuk dirawat, karena permintaan Meriani sendiri.
"Sebelum diberangkatkan ke Pekanbaru, Ibu Meriani terlebih mengurus surat rujukan di RSUD. Dalam proses itu, Ibu Meriani mesti melalui mengecekkan kondisi tubuhnya, termasuk memeriksa darah. Saat itu kondisi Meriani makin menurun. Lalu dia langsung menyampaikan kepada dokter tidak diusah dirujuk ke Pekanbaru, karena dia merasa tak kuat lagi," kata Irwan menceritakan kepada jernihnews.com di rumah duka.
Meriani mulai mengalami keluhan pada Februari 2021, ketika ia menderita demam tinggi dan menemukan benjolan di punggungnya. Setelah diperiksakan di Rumah Sakit Ibnu Sina Kota Payakumbuh, ia dirujuk ke Rumah Sakit Otak Bukittinggi dan menjalani rawat jalan selama delapan bulan.
Namun, pada 2022, kondisinya semakin memburuk dengan benjolan yang semakin membesar, membuatnya kehilangan kemampuan berjalan. Meriani kembali dirawat di RS Otak Bukittinggi dan menjalani transfusi darah.
Kondisinya semakin parah saat ia mengalami pendarahan di organ kewanitaannya, sehingga dirujuk ke RSAM Bukittinggi untuk perawatan lebih lanjut. Pada Juli 2023, Meriani dijadwalkan menjalani operasi tumor, namun komplikasi pendarahan lain membuat ia dirujuk ke RSUP M. Djamil Padang.
Di sana, ia menjalani dua kali bedah laparoskopi selama 28 hari, namun diagnosa yang tepat belum ditemukan. Dokter menyarankan tindakan kemoterapi, tetapi karena keterbatasan ekonomi, Meriani memilih untuk beristirahat di rumah.
Sejak beberapa pekan belakangan ramai masyarakat dari berbagai kalangan yang datang berempati ke kediaman Meriani yang sangat sederhana. Tubuhnya sangat kurus, tinggal kulit pembalut tulang.
Dia istirahat dengan posisi tubuh miring. Dia tidak bisa berbaring, karena terhalang bengkak tumor di pungungnya sebesar tempurung kelapa. Rasa pedih dan sakitnya sangat luar biasa.
Meriani tidak memiliki anak. Bersuami, tapi sangat jarang pulang ke rumah. Terlebih sejak kondisi Meriani benar-benar telah sangat parah. Dia hanya tinggal bersama ibunya, Raunah (86). Dia anak tertua dari lima bersaudara. Kehidupan jauh dari sejahtera. Rumahnya terbuat dari papan dan sempit. Tidak ada sofa, meja makan, atau pun lemari cantik. Syukurlah beberapa bulan lalu keluarga Meriani menerima bantuan rumah dari Pemko Payakumbuh.
Cawako-Cawawako Ikut Melayat
Ujung dan akhir kehidupan Meriani mendapat perhatian lebih dari masyarakat dan berbagai pihak. Sejak beberapa pekan belakangan sejumlah tokoh, pejabat, alumni dan lainnya datang menjenguk Meriani dengan membawa berbagai tali asih. Seperti uang tunai, makanan, buah-buahan, sembako dan lain sebagainya. Sekda Kota Payakumbuh, Drs. H. Rida Ananda, M.Si juga sempat menjenguk, 10 hari sebelum perempuan itu wafat.
Rumah duka pun didatangi oleh para Calon Walikota dan Wakil Walikota Payakumbuh 2024 untuk melayat. Mereka datang secara bergantian, di antaranya Cawako Zulmaeta, Erwin Yunaz dan Joni Hendri. Para kandidat kepala daerah itu pun mengirimkan karangan bunga ucapan duka ke rumah Meriani yang posisinya di tepi Bandar Irigasi Batang Agam atau di Belakang Kantor KAN Koto Nan Gadang, Kecamatan Payakumbuh Utara. (erz)